Kamis, 15 Oktober 2009

Indonesia Miliki Empat Wasit Dunia

Indonesia Miliki Empat Wasit Dunia
Sejumlah pebulutangkis berlaga pada babak pertama Kejuaraan Tangkas Alfamart Junior Challange Open Badminton Championships 2009 di Tennis Indoor Senayan. (FOTO ANTARA/Andika Wahyu/ama/09)
Medan (ANTARA News) - Indonesia dewasa ini memiliki sebanyak empat orang wasit dunia yang tergabung dalam BWF dan mereka itu dibenarkan untuk memimpin pertandingan kejuaraan bulu tangkis tingkat internasional.

"Wasit dunia yang dimiliki Indonesia itu dinilai masih kurang dan perlu ditambah lagi," kata Ketua Bidang Turnamen & Perwasitan PB PBSI, Mimi Irawan di Medan, Selasa, disela Kejuaraan Djarum Sirkuit Nasional Bulu Tangkis Piala Gubernur Sumut.

Kejuaraan bulu tangkis tersebut juga diramaikan peserta dari delapan negara, yakni Amerika Serikat, Inggris, Belgia, China, Kanada, Afrika Selatan, Malaysia dan tuan rumah Indonesia.

Selain itu, sebanyak 17 provinsi di tanah air ini juga turut mengirimkan dan beberapa diantaranya Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sumbar, Riau, Banten, DKI, Jateng, Jatim, Jabar, Bengkulu, Papua dan tuan rumah Sumut.

Kejuaraan itu berlangsung 11 hingga 17 Oktober 2009 di lapangan bulu tangkis PBSI Sumut Jalan Pancing Medan.

Mimi mengatakan, untuk menjadi wasit bulu tangkis tingkat dunia itu, tidak mudah dan harus mengikuti persyaratan cukup berat dan seleksi ekstra ketat.

Wasit dunia tersebut, tidak hanya harus mahir berbahasa Inggris tetapi juga memiliki mental yang baik dan mengetahui secara luas tentang bulu tangkis, karakter pemain dan lain sebagainya.

"Jadi menjadi wasit dunia itu adalah orang-orang pilihan dan memiliki dedikasi yang cukup tinggi terhadap olah raga bulu tangkis," ujarnya.

Ditanya mengenai empat wasit Indonesia dipercaya untuk tingkat dunia, Mimi mengatakan, wasit itu adalah Edi Rufianto, Unang Sukarja, Kholid Magad dan Tata Mulyana.

Keempat wasit itu seluruhnya pria dan mereka dinilai sebagai wasit terbaik di Indonesia, sehingga dapat terpilih menjadi wasit dunia."Kita perlu bangga dengan mereka, karena merupakan duta dari Indonesia jika memimpin pertandingan kejuaraan bulu tangkis tingkat dunia," katanya.

Selanjutnya dia menjelaskan, selain Indonesia memiliki wasit dunia, juga wasit tingkat Asia.

Wasit tingkat Asia itu empat pria dan beberapa diantaranya Wahyana, Edi Susanto dan Dadan H. Sedangkan wasit wanita tingkat Asia tiga orang, yakni Teli, Andi Purnama dan Laila.

"Wasit tersebut dibenarkan untuk memimpin pertandingan kejuaraan bulu tangkis di Asia,"

441 Atlet Ikuti Kejuaraan Bulutangkis Junior

441 Atlet Ikuti Kejuaraan Bulutangkis Junior
(FOTO ANTARA/Andika Wahyu/&)
Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 441 atlet bulutangkis dari 13 negara ikuti kejuaraan Tangkas Alfamart Junior Challange Open Badminton Championships 2009 di Tennis Indoor Senayan Jakarta, 5-10 Oktober 2009.

Selain dari 13 negara diantaranya Belanda, Malaysia, India, Afrika Selatan, Singapura, Amerika Serikat dan Jepang kejuaraan ini juga diikuti oleh 33 Pengda PBSI seluruh Indonesia.

"Kejuaraan ini adalah yang kedua. Tahun lalu kejuaraan ini telah dilakukan dengan sukses. Dengan banyaknya peserta dari luar negeri diharapkan mampu menambah pengalaman tanding," kata Didit Setiadi Corporate Communications Manager Alfamart di Jakarta, Minggu.

Tangkas Alfamart Junior Challange Open Badminton Championships 2009 merupakan salah satu kejuaraan bertaraf internasional yang masuk dalam kalender resmi Badminton World Federation (BWF).

Sementara itu, Ketua Umum PB Tangkas Alfamart Justian Suhandinata mengatakan, sebetulnya banyak negara yang diundang termasuk China. Namun demikian China tidak merespon undangan dari panitia.

"Berdasarkan informasi yang kami peroleh, China lagi menggelar `National Games` jadi tidak bisa ikut," katanya saat dikonfirmasi.

Menurut dia, khusus untuk China selama ini agak sulit diundang untuk mengikuti kejuaraan karena beberapa hal. Namun demikian undangan dan konfirmasi terus dilakukan.

Kejuaraan Tangkas Alfamart Junior Challange Open Badminton Championships 2009 merupakan ajang kejuaraan untuk junior yaitu pemain yang berumur dibawah 19 tahun.

Pebulutangkis Malaysia Remehkan Simon Santoso

TEMPO Interaktif, Kuala Lumpur: Meski baru menjuarai Taiwan Terbuka, Simon Santoso diragukan bisa menjadi batu sandungan bagi pebulutangkis nomor satu dunia asal Malaysia, Lee Chong Wei, di Jepang Terbuka. Menurut pemain Malaysia Mohd Roslin Hashim, Chong Wei justru akan kesulitan menghadapi pemain Indonesia lain, Taufik Hidayat atau Sonny Dwi Kuncoro.

Pada akhir pekan lalu, Simon meraih gelar pertama sepanjang karier ketika menjuarai Taiwan Terbuka. Di final, Simon mengalahkan Roslin Hashim 21-18, 13-21, 21-10.

Sebelum menang di Taiwan Terbuka, prestasi terbaik Simon di ajang internasional adalah juara kedua Swiss Terbuka 2007, SIngapura Terbuka 2008, dan Indonesia Terbuka 2008.

Keberhasilan tersebut membuat Simon diprediksikan menghadapi Chong Wei di babak perempat final Jepang Terbuka. Selain Simon, Chong Wei juga mungkin bertemu Taufik Hidayat dan Tommy Sugiarto sebelum sampai di final. Jepang Terbuka sendiri digelar 16-21 September.

Meskia Simon baru saja menjuarai Taiwan Terbuka, Roslin Hashim menganggap Chong Wei akan lebih mudah melewati Simon ketimbang Taufik ataupun Sonny Dwi Kuncoro. "Jika melihat penampilannya saat ini, Chong Wei seharusnya menang melawan Simon," ujar Roslin seperti dikutip The Star, Selasa (16/9).

Chong Wei, lanjut Roslin, akan menghadapi perlawanan yang sulit menghadapi Taufik atau Sony karena keduanya bertekad menebus kekecewaan saat gagal di Olimpiade Beijing 2008.

Taufik, yang baru sembuh dari demam berdarah, dikalahkan pemain Malaysia Wong Choong Hann di putaran pertama Olimpiade Beijing 2008. Sementara, Sony dikalahkan Chong Wei di perempat final.

Selain pebulutangkis asal Indonesia, Chong Wei mungkin mendapat perlawanan sengit dari pemain Denmark Peter Gade-Christensen dan pemain Thailand Boonsak Ponsana. Cina sendiri tidak menurunkan pemain-pemain andalan mereka di Jepang Terbuka. Mereka hanya menurunkan pemain lapis kedua seperti Chen Yu, Lu Yi, dan Gong Weijie.


Memilih mundur akibat cedera engkel kiri di Malaysia, tetapi sepekan kemudian Lee Yong-dae sukses menggenggam mahkota juara bersama Jung Jae-sung di Korea Super Series. Siapa dia?

Usianya baru 19 tahun. Namun, Lee Yong-dae adalah salah satu fenomena ganda yang dimiliki Korea. Tahun lalu, dia masih membela Negeri Ginseng di kancah Kejuaraan Dunia Junior di Incheon. Namun, dalam usia muda dia sudah merambah dunia.

''Dia memiliki semangat pantang menyerah. Dia juga memiliki rasa percaya diri tinggi dan tidak takut dengan pasangan dunia lain,'' sebut pelatih Korea, Tan Kim Her.

Modal itulah yang mengantarkan Lee/Jung meraih gelar juara Korea Super Series, Minggu (28/1). Memang kemenangan itu diukir di depan publik sendiri, namun pasangan ini tentu memiliki kualitas. Kalau tidak, mana mungkin mereka bisa menaklukkan salah satu pasangan terkuat dan sarat pengalaman, Candra Wijaya/Tony Gunawan, di semifinal.

Melihat penampilan Lee tak ubahnya Park Jo-bong dulu. Kala itu, Park Jo-bong/Kim Moon-soo menjadi pasangan terbaik dunia dan merebut medali emas Olimpiade Barcelona 1992. Cuma, berbeda dengan sang legenda, pemain berusia 19 tahun itu memiliki teknik permainan di atas rata-rata.

''Kalau main, dia bisa ngerem atau ngenet. Ini berbeda dengan pemain Korea lain yang biasanya main keras dan adu drive,'' komentar pelatih Herry Iman Pierngadi.

Itulah Lee Yong-dae, yang merupakan titisan legenda ganda Korea! (bhw/bolanews.com)

Selasa, 13 Oktober 2009

BIOGRAFI PEMAIN BULUTANGKIS KEREN

Lee Yong-dae
From Wikipedia, the free encyclopedy

he family name is Lee (이 or 李).
Lee Yong-dae

Personal information
Date of birth
September 11, 1988 (1988-09-11) (age 21)
Place of birth
Hwasun, South Jeolla
Height
1.80 m (5 ft 11 in)
Men's/Mixed doubles
Country
South Korea
Years active
2003-Present
Handedness
Right
Coach
Ha Tae-kwon
Highest Ranking
1 (January 2009)
Current Ranking
1 (August 27, 2009)
BWF Profile
Medal record
Competitor for South Korea
Men's badminton
Olympic Games
Gold
2008 Beijing
Mixed doubles
World Championships
Silver
2009 Hyderabad
Doubles
Silver
2007 Kuala Lumpur
Doubles
Asian Games
Silver
2006 Doha
Team
Bronze
2006 Doha
Doubles
Thomas Cup
Silver
2008 Jakarta
Team
Lee Yong-dae
Hangul
이용대
Hanja
李龍大
Revised Romanization
I Yongdae
McCune–Reischauer
I Yongdae
Lee Yong-dae (Hangul: 이용대) (born September 11, 1988 in Hwasun, South Jeolla) is a male badminton player from South Korea. He is considered by many to be a great talent and already a wonderful doubles player. His current partners are Jung Jae-sung in men's doubles (as of 2006) and Lee Hyo-jung in mixed doubles (as of 2007). He is also the cousin of Harold and Kumar star John Cho.
Contents[hide]
1 Early life
2 Career
2.1 2005
2.2 2006
2.3 2007
2.4 2008
2.4.1 Olympics
2.5 2009
3 Personal life
4 Achievements
5 References
6 External links

Early life
Lee started playing badminton at his local elementary school at the age of 8. His youth club is Samsung Electromechanics. He joined the national badminton team of South Korea in 2003, at the age of just 15 years old. [1]
Career

2005
Struggling to find the right partner, he played several tournaments, not getting any big results; only two semi-finals in the Asian Satellite. With Ha Jung-eun as his partner, he won Asian Junior Championship.

2006
Lee won the Thailand Open together with Jung; they had a walkover in the final against compatriots Lee Jae-jin and Hwang Ji-man. Together with Hwang Yu-mi, Lee won the mixed doubles tournament.
At the Asian Games, Lee and Jung became bronze medalists after losing the semi-finals to Luluk Hadiyanto and Alvent Yulianto of Indonesia in the individual men's doubles event. In the team event, South Korea lost to China in the final 2-3, thus gaining Lee a silver medal.

2007
In January, Lee and Jung participated in the Malaysia Open, the first ever BWF Super Series event. There they got through the first round but had to resign due to injury. However a week later they blew away competition to take the first prize at the Korea Open. On top of that, Lee also won the mixed doubles with Lee Hyo-jung. Lee and Jung lost to Lee Jae-jin and Hwang Ji-man in the final of the German Open; in mixed doubles Lee and Lee lost to Zheng Bo and Gao Ling of China in the semi-finals. Zheng and Gao went on to win the tournament.
At the Swiss Open, Lee and Lee took another title, winning the final in three games. For the rest of the year there were no good results in mixed doubles for Lee, mainly because he didn't participate or played with another partner. In men's doubles, he and Jung were eliminated in a disappointing second round.
Lee participated in the 2007 Sudirman Cup with the South Korea team. The team lost to China in the semi-finals with a score of 0-3.
In July, after a period of disappointing results in men's doubles, Lee became runner-up with Jung at the Thailand Open, losing to Lee Jae-jin and Hwang Ji-man. Not much later, the pair went on to take the silver medal in the 2007 BWF World Championships. They were defeated in the final by Markis Kido and Hendra Setiawan of Indonesia, 19-21, 19-21. In mixed doubles, Lee reached the third round with Lee Hyo-jung. There they lost to Gail Emms and Nathan Robertson of England in three games. With Jung Jae-sung, the rest of the year also resulted in quite disappointing achievements, as he failed to pass the quarterfinals in any major events, except in the French Open. Lee and Jung there lost to the eventual winners, Cai Yun and Fu Haifeng of China.

2008
To start 2008, Lee, together with Jung, disappointingly lost to an unseeded pair in the second round of the Malaysia Open. Mixed doubles went better for Lee and Lee this time, finishing as runners-up. They lost to He Hanbin and Yu Yang of China. In Korea, things went a bit better in men's doubles, achieving a quarterfinal. Lee and Jung lost to runners-up Luluk Hadiyanto and Alvent Yulianto of Indonesia there, but in mixed doubles Lee and Lee won the title against Flandy Limpele and Vita Marissa of Indonesia.
More than a month later, Lee and Jung came back with a bang to win the All England Open of 2008, beating Choong Tan Fook and Lee Wan Wah in a thrilling semi-final (coming back from a 16-20 deficit in the third game) and Lee Jae-jin and Hwang Ji-man, also from Korea, in the final. In mixed doubles Lee lost in the quarterfinals to eventual winners Zheng Bo and Gao Ling. A week later, Lee was victorious with Jung in the Swiss Open too. In mixed doubles they lost against He Hanbin and Yu Yang, both of who went on to the semi-finals.
At the Badminton Asia Championships Lee and Jung became winners, beating Candra Wijaya and Nova Widianto of Indonesia in the final.
Lee and Jung pair were the only ones to score a point for South Korea against China in the Thomas Cup final, which ended in a 3-1 win for China.
Olympics
Not having participated in the two following Super Series events, supposedly because of their preparations for the Summer Olympics, Lee was disappointingly knocked out in the first round in Beijing with Jung. However, Lee and Lee upset the badminton world and went on to get the gold medal in mixed doubles, becoming the youngest gold medalists in Olympic badminton.

2009
Lee Yong-dae started a bright year when he and Jung Jae-sung won the Malaysia Super Series. In Korea Super Series, Lee won the mixed doubles title with Lee Hyo-jung, while he and Jung only became the finalists. However, as Jung had to join the military service for two months, Lee paired with Shin Baek-cheol and claimed the German Open title. In the Swiss Open Super Series, Lee Yong-dae and Lee Hyo-jung reached the mixed doubles final but failed to capture the trophy as they lost to China's Zheng Bo and Ma Jin. A month later, they subdued teammates Yoo Yeon-seong and Kim Min-jung to clinch the Asian Badminton Championship title.
In the Sudirman Cup on May 10-17, Lee Yong-dae brought South Korea to the final to meet defending champion China. Lee always won in both the men's doubles and mixed doubles events. However, in the final, he and Lee Hyo-jung bowed to Zheng Bo and Yu Yang, while a few hours later he and Jung Jae-sung also surrendered to Cai Yun and Fu Haifeng. China then won the cup for the consecutive third time 3-0.
In June, Lee Yong-dae played in the Singapore Open Super Series, but he did not win any title. In Indonesia, a week later, nevertheless, he reached both the finals of men's doubles and mixed doubles event. Again, he and Lee Hyo-jung were defeated by Zheng Bo and Ma Jin, the Chinese pair who beat them in Singapore semi-final. Happily, he took the men's doubles title with Jung Jae-sung, conquering China's top pair Cai Yun and Fu Haifeng.
In August, Lee Yong-dae participated in the BWF World Championships in Hyderabad, India. Unfortunately, in the mixed event, he and Lee Hyo-jung, seeded first, lost to Thomas Laybourn and Kamilla Rytter Juhl of Denmark, who later became the champions. He had a better run with Jung Jae-sung in the men's doubles, reaching the final. They met Cai and Fu again, and this time, they lost.
Personal life
After winning the Olympic gold medal, Lee becomes so popular that the Korean people recognized him whenever he goes. At first, he felt difficult to move around, but he eventually got used to it and enjoyed the attention. [2]
Achievements
Men Doubles
Year
Tournament
Venue
Round
2009
2009 Yonex BWF World Championships
India
Runner-up
2009 Djarum Indonesia Super Series
Indonesia
Winner
2009 German Open
Germany
Winner
2009 Yonex Korea Super Series
Korea
Runner-up
2009 Proton Malaysia Super Series
Malaysia
Winner
2008
2008 Hong Kong Super Series
Hong Kong
Winner
2008 China Super Series
China
Winner
2008 Beijing Olympic Games
China
First Round
2008 Badminton Asia Championships
Malaysia
Winner
2008 Wilson Swiss Super Series
Switzerland
Winner
2008 All England
England
Winner
2007
Thailand Grand Prix Gold
Thailand
Runner-Up
Germany Grand Prix
Germany
Runner-Up
Yonex Korea Open Super Series
Seoul, Korea
Winner
2006
2006 Thailand Open
Thailand
Winner
2006 Indonesia Open
Jakarta, Indonesia
Semi-Finalist
2006 Germany Open
Germany
Winner
2005
2005 Mongolian Asian Satelite
Mongolia
Winner
2005 Swiss Open
Switzerland
Quarter-Finalist
2005 Germany Open
Germany
Quarter-finalist
Mixed Doubles
Year
Tournament
Venue
Round
2009
2009 Taiwan Open Grand Prix Gold
Taiwan
First Round
2009 Yonex BWF World Championships
India
Semi-finalist
2009 Happy Suwon Asian Badminton Championship
Korea
Winner
2009 German Open Grand Prix Gold
Germany
Semi-finalist
2009 Yonex Korea Super Series
Korea
Winner
2009 Proton Malaysia Super Series
Malaysia
Runner-Up
2008
2008 Hong Kong Super Series
Hong Kong
Runner-Up
2008 China Super Series
China
Winner
2008 Beijing Olympic Games
China
Winner
2008 Badminton Asia Championship
Malaysia
Quarter-finalist
2008 Wilson Swiss Super Series
Switzerland
Semi-finalist
2008 Yonex All England Super Series
England
Quarter-finalist
2008 German Open
Germany
Winner
2008 Korea Super Series
Korea
Winner
2008 Malaysia Super Series
Malaysia
Runner-Up
2007
2007 Wilson Swiss Super Series
Switzerland
Winner
2007 Yonex All England Super Series
England
Quarter-finalist
2007 German Open
Germany
Semi-finalist
2006
2006 Badminton World Championships
Spain
Second Round
2006 Korea Open
Korea
Quarter-finalist
2006 Thailand Open
Thailand
Winner
2006 Macau Open Championship
Macau
Quarter-finalist
2006 Chinese Taipei Open
Taiwan
Semi-finalist
2005
2005 Indonesia Open
Indonesia
Quarter-finalist
2005 Noonnoppi Korea Open
Korea
Quarter-finalist
2004
2004 French Open International
France
Semi-finalist





javascript:void(0);
























Lin Dan
From Wikipedia, the free encyclopedia
Lin Dan

Personal information
Nickname(s)
Super Dan[1]
Date of birth
October 14, 1983 (1983-10-14) (age 25)
Place of birth
Longyan, Fujian, China
Height
1.78 m (5 ft 10 in)
Weight
72 kg (160 lb; 11.3 st)
Men Singles
Country
China
Handedness
Left
Highest Ranking
1 (February 26, 2004[2])
Current Ranking
2 (October 8, 2009)
BWF Profile
Medal record
Competitor for China
Men's badminton
Olympic Games
Gold
2008 Beijing
Men's Singles
World Championships
Gold
2009 Hyderabad
Men's Singles
Gold
2007 Kuala Lumpur
Men's Singles
Gold
2006 Madrid
Men's Singles
Silver
2005 Anaheim
Men's Singles
Lin Dan (simplified Chinese: 林丹; traditional Chinese: 林丹; pinyin: Lín Dān; born October 14, 1983 in Longyan, Fujian) is a dominant Chinese badminton player of Hakka ancestry. He has been nicknamed "Super Dan" (超级丹) by his fans. Lin won the men's singles gold medal at the 2008 Summer Olympics. He is the only player in badminton history to have won three singles world championship titles having done so consecutively in 2006, 2007, and 2009.[3]
Contents[hide]
1 Career
1.1 2004
1.2 2005
1.3 2006
1.4 2007
1.5 2008
1.6 2009
2 Personal life
3 Style and attributes
4 Titles
5 References
6 External links

Career
Lin became one of the dominant players of men's singles, winning nine top tier international championships between 2002 and 2004. In a surprise loss, he was eliminated as the no.1 seed in the first round of the badminton men's singles in the 2004 Summer Olympics in Athens. However, he has continued his dominance in international tournaments and has been continuously ranked number one in the world since early 2004, except for a very brief period of time in 2006 when Lee Chong Wei of Malaysia overtook him.
Among the tournaments Lin Dan have won are the All-England Open (2004, 2006, 2007 and 2009), the BWF World Championships (2006, 2007 and 2009), and the Olympic Games (2008). He has helped China win three consecutive Thomas Cup (men's world team) championships in 2004, 2006, and 2008 and has also been a major contributor to Chinese teams which won the Sudirman Cup (combined men's and women's team championship) in 2005, 2007 and 2009.

2004
By the beginning of 2004, Lin Dan was already world number one at age 20. He started off the year by winning his first All England title by beating Peter Gade of Denmark. He continued to shine as he won the Swiss Open and the Denmark Open by defeating his senior teammate and former world number one Xia Xuanze. He also went on to take the German Open and the China Open, beating his compatriot and good friend Bao Chunlai. In May, Lin Dan also played a major role in bringing the Thomas Cup back to China after a long domination by Indonesia.

2005
In 2005, Lin Dan won his "warm-up" tournament for the All England, the German Open, after beating Malaysia's Muhammad Hafiz Hashim. However he lost his All England title to compatriot Chen Hong. In May 2005, Lin Dan and his compatriots brought back the Sudirman Cup to China, where in 2003 they had lost to South Korea. In August, Lin Dan reached his first World Championship final in Anaheim, USA, but lost to the talented Indonesian, Taufik Hidayat. Even so, he managed to claim more titles at the China Masters and the Hong Kong Open.

2006
Lin Dan started 2006 by recapturing the All England championship by overcoming Lee Hyun-il of South Korea. He carried on his reign as the world number one when he swept the Chinese Taipei Open, the Macau Open, Hong Kong Open and Japan Open. In September 2006, Lin Dan won his first World Championship by beating fellow compatriot Bao Chunlai in a three game thriller 18–21, 21–17, 21–12. Subsequently, Lin Dan regained his world number one status which had been briefly occupied by Lee Chong Wei.
Earlier in May, Lin Dan and his teammates extended China's supremacy in the Thomas Cup event in Tokyo, Japan. Lin Dan beat Peter Gade in the first mens singles match in straight sets 21–17, 21–19 as China shut out Denmark 3–0 in the final.

2007
Lin Dan entered 2007 with a loss at the Malaysia Open, losing to South Korea's Park Sung-hwan in the round of 16. The losing streak did not last long as a week later he captured the Korea Openafter defeating his fellow national player Chen Jin. He went on to win the German Open and then the All England championships again, crushing compatriot Chen Yu 21–13, 21–12. In June, Lin Dan was part of Team China in the Sudirman Cup, which was held in Glasgow, Scotland. The Chinese team brought home the cup after beating Indonesia 3–0 in the final. Later in the season Lin Dan ousted Wong Choong Hann of Malaysia and became the China's Master champion for 2007. In August, Lin Dan extended his reign as the world champion as he beat Indonesia's Sony Dwi Kuncoro 21–11, 22–20. Lin Dan would become the first man since Yang Yang to win back to back world championships.

2008
As every athlete looked forward to the 2008 Beijing Olympic Games, Lin Dan, who was certainly qualified to play, did not begin the year on a strong note: he failed to win either the Malaysian Open or the Korean Open (he was a finalist in the latter). He also lost his All England title to Chen Jin, but then went on to win the Swiss Open.
At the 2008 Thomas Cup, which was held in Jakarta, Lin Dan won every match he played except in the semi-finals where he lost to Malaysia's Lee Chong Wei. Even with his loss, his team advanced to the finals. In the finals, Lin Dan earned a point for China by returning from a first-set loss and overcame Park Sung-Hwan of South Korea 10–21, 21–18, 21–8. China beat South Korea 3–1 and brought the cup back for the third consecutive time.
Lin Dan did not play in Singapore Open or the Indonesia Open, two Super Series tournaments, because of his intensive training for the Olympic Games. He did, however, play in the Thailand Open Grand Prix as a precursor to the Olympic Games. There, he defeated local favorite Boonsak Ponsana to take the title.
In the Olympic Games, Lin Dan, who was undoubtedly the local hero and heavy favourite, began his gold medal hunt by subduing Hong Kong's Ng Wei 21–16, 21–13 in the round of 32. Next he saw off Park Sung-Hwan 21–11, 21–8, and in the quarter finals, Lin Dan ended veteran Peter Gade's dream of ever winning an Olympic medal as he beat Gade in straight sets. He then faced teammate Chen Jin in the semi-finals and beat him handily in two sets. This vaulted him into the finals where he was set to meet Lee Chong Wei. The dream match had finally come as the World No. 1 and 2 were set to battle it out for badminton's most prestigious title. It was supposed to be a tough match for both players, but Lin Dan grabbed the gold as he overwhelmed the Malaysian in a one-sided two-setter 21–12, 21–8. Lin Dan thus became the first men's singles player ever to win the All England title, two world championship titles, and the Olympic gold medal.
After a hiatus of almost four months, Lin Dan came back in November from a post-Olympic break and played in the China Open Super Series. He again met Lee Chong Wei in the finals and won by the scores of 21–18, 21–9 with the second set almost identical to their match in the Beijing Games. In late November he faced Chen Jin in the finals of the Hong Kong Super Series but lost 9–21, 21–9, 17–21.
Even though Lin Dan only competed in 5 Super Series events that year, he had enough points to qualify for the BWF Super Series Masters Finals being held in Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. .[4] However, Lin Dan did not participate in the tournament because the Chinese team did not send any representatives.

2009
Lin Dan won the 2009 All-England men's singles, beating Lee Chong Wei 21–19, 21–12. The first set was a thriller and Lin Dan's unforced errors gave the World No. 1 Lee a lead, although "Super Dan" came back in style to take the set and then cruised in the second to win the match. A mere week later, however, he was beaten by Lee in the final of the Omega European Masters (Swiss Open in Basel) 21–16, 21–16.
In May, Lin Dan was part of Team China in the Sudirman Cup, which was held in Guangzhou, China. He played for China team in every match and won all of them, including the semi-finals against Malaysia's Lee Chong Wei with, ironically, the exact same score-line of 21/16 – 21/16 when Lee Chong Wei beat Lin Dan in the Swiss Open final. This was also the first time Lin Dan beat Lee Chong Wei in a team event. The Chinese team proved too strong for other teams by sweeping the competition at home, with all their players undefeated, with 21 matches won and none lost.
In August, Lin became the first player to win three straight World Championship, when he beat compatriot Chen Jin 21–18, 21–16 in 45 minutes at the final of 2009 World Championships in Hyderabad, India.[5]
[edit] Personal life
Lin is one of the more popular and controversial badminton players active today, due to his flamboyant personality both on and off the court. He is known as a temperamental player, occasionally disrupting matches to protest line calls. He is demonstrative in his celebrations, and has a habit of "playing to the crowd" (after winning the 2008 olympics in Beijing, he threw his shoes and racket into the crowd). He currently has a romantic relationship with fellow Chinese badminton player Xie Xingfang[6]. Lin belongs to the sports troop of the People's Liberation Army[7] and has the military rank of lieutenant colonel.
[edit] Style and attributes
Lin Dan is a left-handed player whose most defining characteristic is his ability to attack with fast smashes at steep angles. He combines quick movements around the court with the ability to maintain long aggressive rallies to win the majority of his matches. He relies on diving to retrieve his opponents attacking shots with an exceptionally fast recovery. His well built physique helps him to produce powerful straight and cross court jump smashes, and his fast penetrating footwork makes him one of the toughest active badminton players in the open circuit. At one time he was criticized for a lack of precision or refinement, especially when compared to competitors such as Taufik Hidayat and Peter Gade. However, Lin now occasionally uses deceiving wrist movements and employs a wider variety of shots, developing into a more complete player.
[edit] Titles
Rank
Event
Date
Venue
Olympics
1
Singles
17 August 2008
Beijing, China
World Championships
1
Singles
2009
Hyderabad, India
1
Singles
2007
Kuala Lumpur, Malaysia
1
Singles
2006
Madrid, Spain
2
Singles
2005
Anaheim, California, USA
Asian Games
1
Team
2006
Doha, Qatar
2
Singles
2006
Doha, Qatar
3
Team
2002
Busan, Korea
Thomas Cup
1
Team
2008
Indonesia
1
Team
2006
Japan
1
Team
2004
Jakarta, INA
2
Team
2002
Guangzhou, CHN
Sudirman Cup
1
Team
2005
Beijing, CHN
1
Team
2007
Glascow, Scotland
1
Team
2009
Guangzhou, CHN
World Cup
1
Singles
2005
Yiyang, CHN
1
Singles
2006
Yiyang, CHN
World Tournaments
1
Singles
2009
Li Ning China Masters Super Series
1
Singles
2009
Yonex All England Open Super Series
1
Singles
2008
Li Ning China Open Super Series
1
Singles
2008
Thailand Grand Prix Gold
1
Singles
2008
Wilson Swiss Open Super Series
1
Singles
2007
Yonex-Sunrise Hong Kong Open Super Series
1
Singles
2007
Denmark Open Super Series
1
Singles
2007
China Masters Super Series
1
Singles
2007
Yonex All England Open Super Series
1
Singles
2007
Yonex German Open
1
Singles
2007
Yonex Korea Open Super Series
1
Singles
2006
Yonex Japan Open
1
Singles
2006
Yonex-Sunrise Hong Kong Open
1
Singles
2006
Macau Open
1
Singles
2006
Chinese Taipei Open
1
Singles
2006
Yonex All England Open
1
Singles
2005
Yonex-Sunrise Hong Kong Open
1
Singles
2005
China Masters
1
Singles
2005
Yonex Japan Open
1
Singles
2005
German Open
1
Singles
2004
China Open
1
Singles
2004
German Open
1
Singles
2004
Realkredit Denmark Open
1
Singles
2004
Yonex All England Open
1
Singles
2004
Swiss Open
1
Singles
2003
China Open
1
Singles
2003
Hong Kong Open
1
Singles
2003
Realkredit Denmark Open
1
Singles
2002
Noonnoppi Korea Open
2
Singles
2009
Wilson Swiss Open Super Series
2
Singles
2008
Yonex-Sunrise Hong Kong Open Super Series
2
Singles
2008
Yonex All England Super Series
2
Singles
2008
Yonex Korea Super Series
2
Singles
2006
Proton Eon Malaysia Open
2
Singles
2005
Proton Eon Malaysia Open
2
Singles
2005
Yonex All England Open
2
Singles
2003
German Open
2
Singles
2002
Yonex Japan Open
3
Singles
2006
China Open
3
Singles
2006
German Open
3
Singles
2006
China Masters
3
Singles
2005
Aviva Singapore Open
3
Singles
2004
Djarum Indonesia Open
3
Singles
2004
Yonex Japan Open
3
Singles
2002
All England Open
[edit] References
^ Ramzy, Austin, 100 Olympic Athletes To Watch, Time, http://www.time.com/time/specials/packages/article/0,28804,1819129_1819134_1825934,00.html, retrieved 2008-08-11
^ IBF Historical Ranking - MENS SINGLES
^ http://www.google.com/hostednews/canadianpress/article/ALeqM5iBp5mncI42R4crQcytni_kCHMmxA
^ http://www.internationalbadminton.org/news1.asp?pageid={C53ECDFA-B5A4-4B39-AC22-39CCC6E0660F}, Internationbadminton.org, 1 December 2008
^ "Lin beats Chen in all-Chinese final". ESPN. 2009-08-17 6. http://sports.espn.go.com/oly/news/story?id=4402434. Retrieved 2009-08-18.
^ Yonex All England - Golden couple for a 10th time, BadZine.com, 12 March 2007
^ Chinese stars a perfect couple in badminton, NewJersey.com, 17 August 2008
[edit] External links
(Chinese) Lin Dan's Blog
(Chinese) The Official LinDan Website
(Chinese) The Official China Badminton Website




Raket Bulutangkis Makin Manis



Bagi yang serius bermain bulutangkis, sebaiknya pilih raket yang sesuai dengan karakter permainan Anda. Pilihan yang tepat, akan membantu prestasi Anda.

Raket dengan teknologi yang dimiliki kerap menjadi faktor penting atlet bulutangkis. Teknologinyapun berkembang signifikan, dari semula menggunakan bahan material kayu hingga raket yang dikenal sekarang sudah menggunakan bahan aluminium atau titanium, dengan pertimbangan bahwa bahan aluminium lebih ringan hingga bisa memaksimalkan teknik pukulan.

Awalnya, pada zaman pertengahan, di Inggris dikenal sebuah permainan yang menggunakan shuttlecock dengan pemukul berupa dayung atau tongkat yang kala itu disebut battledores. Dayung atau tongkat tersebut digunakan untuk memulul shuttlecock dan menjaga agar tetap di udara serta mencegahnya menyentuh tanah.

Perkembangan pemukul yang belakangan dikenal dengan nama raket ini terbilang pesat, pada awalnya secara tradisional raket dibuat dari bahan kayu. Pemilihan bahan berikutnya adalah aluminium atau logam ringan lainnya. Kini hampir semua raket bulutangkis professional berkomposisikan komposit serat karbon (plastik bertulang grafit). Serat karbon memiliki kekuatan hebat terhadap perbandingan berat, kaku dan memberi perpindahan energi kinetik yang hebat. Namun sejumlahmodel rendahan alias bukan merk ternama, masih menggunakan baja atau aluminium untuk sebagian atau keseluruhan raket.

Komponen yang tidak lepas dari raket adalah senar. Senar menjadi salah satu bagian yang paling diperhatikan dalam bulutangkis. Jenis senar berbeda dan memiliki dan memiki cirri-ciri yang berlainan pula terhadap efek pantulan kok. Keawetan senar secara umum juga bervariasi tergantung intensitas pemakaian. Kebanyakan senar memiliki ketebalan 21 ukuran dan diuntai dengan ketegangan 18 sampai 30+ lb. Pemilhan senar raket ini tergantung kepada kapasitas pemain. Tentunya akan berbeda antara pemain amatir dengan yang sudah professional.

Sebagai panduan memilih raket, berikut adalah paparan ringkas spesifikasi dan istilah untuk raket bulutangkis standar. Spesifikasi berikut memang bukan patokan Standar Internasional, hanya sebagai pedoman umum saja.

1. Kelenturan Gagang (Stiffness of Shaft)
a. Medium (Fleksibel)
Pemindahan sebagian tenaga yang berpusat pada pergelangan tangan. Pemusatan energi untuk tungkai yang fleksibel saat raket diayun memberikan daya tolak lebih besar saat shuttlecock menyentuh raket. Jenis ini sangat baik untuk pertahanan (defensive) atau untuk mengontrol gaya permainan lainnya.

b. Stiff (Limited Flexibility)
Pemindahan tenaga yang memungkinkan dari pergelangan tangan. Tangkai jenis ini sangat dianjurkan untuk teknik permainan bertahan (defensive). Maupn permainan serangan (offensive).

c. Extra Stiff (Minimum Flexibility)
Pemindahan tenaga secara maksimum yang berpusat pada pergelangan tangan. Gerakan tangkai raket yang minimalis memberikan ketepatan yang lebih baik atas penempatan shuttlecock. Raket dengan tangkai jenis ini sangat ideal untuk teknik permainan serangan (offensive) seperti smashing, net kill dan sebagainya.

2. Bentuk Frame Raket
a. Conventional - Berbentuk Oval Standar.
b. Isometric - Berbentuk cenderung persegi (Square Head Share).

3. Komposisi Frame
a. Basis Material
- AluminiumHi
- Modulus Graphite
- Super Hi-Modulus Graphite
- Ultra Hi-Modulus Graphite
- Nano Carbon

b. Mesh
- Woven Kevlar
- Titanium Composite (Utility Titanium)
- Ultra Titanium
- GForceTi
- UltimumTi

4. Shaft Composition (Komposisi Gagang)
a. Bahan Baku
- Aluminium
- Hi-Modulus Graphite
- Super Hi-Modulus Graphite
- Ultra Hi-Modulus Graphite
- Nano Carbon

b. Mesh (join gagang dengan frame)
- Titanium Composite (Utility Titanium)
- Ultra Titanium
- UltimumTi

5. Bobot Raket
a. 2U (90-94g)
b. 3U (85-89g)
c. 4U (80-84g)

6. Panjang Total (frame tip – handle end)
a. Standard (665mm / 26.0 inches)
b. Long (675mm / 26.5 inches).

7. Ukuran Grip
a. Hi-Qua G2 – 3.25 inches, Tactic / Yonex G2 – 4.00 inches
b. Hi-Qua G3 – 3.50 inches, Tactic / Yonex G3 – 3.75 inches
c. Hi-Qua G4 – 3.75 inches, Tactic / Yonex G4 – 3.50 inches
d. Hi-Qua G5 – 4.00 inches, Tactic / Yonex G5 – 3.25 inches

8. Toleransi Tegangan Senar
a. Aluminium & Hi-Modulus Graphite Frames
- Main 18-20lbs (8-9kg)
- Cross 20-22lbs (9-10kg).

b. Super & Ultra Hi-modulus Graphite Frames
- Main 18-24lbs (8-11kg)
- Cross 20-26lbs (9-12kg).

9. Titik Keseimbangan dari Ujung Grip
a. 270-280mm = Head Light (Defensive)
b. 275-285mm = Neutral (All Round)
c. 285-295mm = Head Heavy (Offensive)
d. 295-300mm = Extra Head Heavy (Offensive)

Meski bukan patokan khusus, bagi para peminat bulutangkis, mungkin sudah saatnya memilih raket yang sesuai dengan kapasitas permainan masing-masing. Karena tiap pemain memiliki kemampuan berbeda. Jadi jangan salah pilih raket, percuma punya raket canggih dengan kualitas teknologi terbaru kalau ternyata tidak sesuai.


Sumber: Tabloid Sporty

Induk organisasi

International Badminton Federation (IBF) didirikan pada 1934 dan membukukan Inggris, Irlandia, Skotlandia, Wales, Denmark, Belanda, Kanada, Selandia Baru, dan Prancis sebagai anggota-anggota pelopornya. India bergabung sebagai afiliat pada 1936. Pada IBF Extraordinary General Meeting di Madrid, Spanyol, September 2006, usulan untuk mengubah nama International Badminton Federation menjadi Badminton World Federation (BWF) diterima dengan suara bulat oleh seluruh 206 delegasi yang hadir.

Olah raga ini menjadi olah raga Olimpiade Musim Panas di Olimpiade Barcelona tahun 1992. Indonesia dan Korea Selatan sama-sama memperoleh masing-masing dua medali emas tahun itu.

http://id.wikipedia.org/wiki/Bulutangkis

Sejarah

Permainan Battledore and Shuttlecock pada tahun 1854

Olah raga yang dimainkan dengan kok dan raket, kemungkinan berkembang di Mesir kuno sekitar 2000 tahun lalu tetapi juga disebut-sebut di India dan Republik Rakyat Cina.

Nenek moyang terdininya diperkirakan ialah sebuah permainan Tionghoa, Jianzi yang melibatkan penggunaan kok tetapi tanpa raket. Alih-alih, objeknya dimanipulasi dengan kaki. Objek/misi permainan ini adalah untuk menjaga kok agar tidak menyentuh tanah selama mungkin tanpa menggunakan tangan.

Di Inggris sejak zaman pertengahan permainan anak-anak yang disebut Battledores dan Shuttlecocks sangat populer. Anak-anak pada waktu itu biasanya akan memakai dayung/tongkat (Battledores) dan bersiasat bersama untuk menjaga kok tetap di udara dan mencegahnya dari menyentuh tanah. Ini cukup populer untuk menjadi nuansa harian di jalan-jalan London pada tahun 1854 ketika majalah Punch mempublikasikan kartun untuk ini.

Penduduk Inggris membawa permainan ini ke Jepang, Republik Rakyat Cina, dan Siam (sekarang Thailand) selagi mereka mengolonisasi Asia. Ini kemudian dengan segera menjadi permainan anak-anak di wilayah setempat mereka.

Olah raga kompetitif bulutangkis diciptakan oleh petugas Tentara Britania di Pune, India pada abad ke-19 saat mereka menambahkan jaring/net dan memainkannya secara bersaingan. Oleh sebab kota Pune dikenal sebelumnya sebagai Poona, permainan tersebut juga dikenali sebagai Poona pada masa itu.

Para tentara membawa permainan itu kembali ke Inggris pada 1850-an. Olah raga ini mendapatkan namanya yang sekarang pada 1860 dalam sebuah pamflet oleh Isaac Spratt, seorang penyalur mainan Inggris, berjudul "Badminton Battledore - a new game" ("Battledore Bulutangkis - sebuah permainan baru"). Ini melukiskan permainan tersebut dimainkan di Gedung Badminton (Badminton House), estat Duke of Beaufort's di Gloucestershire, Inggris.

Rencengan peraturan yang pertama ditulis oleh Klub Badminton Bath pada 1877. Asosiasi Bulutangkis Inggris dibentuk pada 1893 dan kejuaraan internasional pertamanya berunjuk-gigi pertama kali pada 1899 dengan Kejuaraan All England.

Bulutangkis menjadi sebuah olah raga populer di dunia, terutama di wilayah Asia Timur dan Tenggara, yang saat ini mendominasi olah raga ini, dan di negara-negara Skandinavia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Bulutangkis

Selasa, 06 Oktober 2009

Sejarah Bulutangkis

Bulutangkis
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Bulutangkis atau badminton adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang (untuk tunggal) atau dua pasangan (untuk ganda) yang saling berlawanan.
Mirip dengan
tenis, bulutangkis bertujuan memukul bola permainan ("kok" atau "shuttlecock") melewati net agar jatuh di bidang permainan lawan yang sudah ditentukan dan berusaha mencegah lawan melakukan hal yang sama.

Partai
Ada lima partai yang biasa dimainkan dalam bulutangkis, yaitu:
Tunggal putra
Tunggal putri
Ganda putra
Ganda putri
Ganda campuran


Lapangan dan net
Lapangan bulutangkis berbentuk persegi panjang dan mempunyai ukuran seperti terlihat pada gambar. Garis-garis yang ada mempunyai ketebalan 40 mm dan harus berwarna kontras terhadap warna lapangan. Warna yang disarankan untuk garis adalah putih atau kuning. Permukaan lapangan disarankan terbuat dari kayu atau bahan sintetis yg lunak. Permukaan lapangan yang terbuat dari beton atau bahan sintetik yang keras sangat tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan cedera pada pemain. Net setinggi 1,55 m berada tepat di tengah lapangan. Net harus berwarna gelap kecuali bibir net yang mempunyai ketebalan 75 mm harus berwarna putih.
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Bulutangkis_ukuran.jpg

Perlengkapan
Raket
Secara tradisional raket dibuat dari kayu. Kemudian aluminium atau logam ringan lainnya menjadi bahan yang dipilih. Kini, hampir semua raket bulutangkis profesional berkomposisikan komposit serat karbon (plastik bertulang grafit). Serat karbon memiliki kekuatan hebat terhadap perbandingan berat, kaku, dan memberi perpindahan energi kinetik yang hebat. Namun, sejumlah model rendahan masih menggunakan baja atau aluminium untuk sebagian atau keseluruhan raket.
Senar
Mungkin salah satu dari bagian yang paling diperhatikan dalam bulutangkis adalah senar nya. Jenis senar berbeda memiliki ciri-ciri tanggap berlainan. Keawetan secara umum bervariasi dengan kinerja. Kebanyakan senar berketebalan 21 ukuran dan diuntai dengan ketegangan 18 sampai 30+ lb. Kesukaan pribadi sang pemain memainkan peran yang kuat dalam seleksi senar.
Kok
Kok adalah bola yang digunakan dalam olahraga bulutangkis, terbuat dari rangkaian bulu angsa yang disusun membentuk kerucut terbuka, dengan pangkal berbentuk setengah bola yang terbuat dari gabus. Dalam latihan atau pertandingan tidak resmi digunakan juga kok dari pelastik.
Sepatu
Karena percepatan sepanjang lapangan sangatlah penting, para pemain membutuhkan pegangan dengan lantai yang maksimal pada setiap saat. Sepatu bulutangkis membutuhkan sol karet untuk cengkraman yang baik, dinding sisi yang bertulang agar tahan lama selama tarik-menarik, dan teknologi penyebaran goncangan untuk melompat; bulutangkis mengakibatkan agak banyak stres (ketegangan) pada lutut dan pergelangan kaki.

Memainkan bulutangkis
Tiap pemain atau pasangan mengambil posisi berseberangan pada kedua sisi net di lapangan bulutangkis.
Permainan dimulai dengan salah satu pemain melakukan servis.
Tujuan permainan adalah untuk memukul sebuah kok menggunakan raket, melewati net ke wilayah lawan, sampai lawan tidak dapat mengembalikannya kembali. Area permainan berbeda untuk partai tunggal dan ganda, seperti yang diperlihatkan pada gambar. Bila kok jatuh di luar area tersebut maka kok dikatakan "keluar". Setiap kali pemain/pasangan tidak dapat mengembalikan kok (karena menyangkut di net atau keluar lapangan) maka lawannya akan memperoleh poin.
Permainan berakhir bila salah satu pemain/pasangan telah meraih sejumlah poin tertentu.
Tiap pemain atau pasangan mengambil posisi berseberangan pada kedua sisi net di lapangan bulutangkis.
Permainan dimulai dengan salah satu pemain melakukan servis.
Tujuan permainan adalah untuk memukul sebuah kok menggunakan raket, melewati net ke wilayah lawan, sampai lawan tidak dapat mengembalikannya kembali. Area permainan berbeda untuk partai tunggal dan ganda, seperti yang diperlihatkan pada gambar. Bila kok jatuh di luar area tersebut maka kok dikatakan "keluar". Setiap kali pemain/pasangan tidak dapat mengembalikan kok (karena menyangkut di net atau keluar lapangan) maka lawannya akan memperoleh poin.
Permainan berakhir bila salah satu pemain/pasangan telah meraih sejumlah poin tertentu.
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Bulutangkis_area.jpg

Servis

Area servis
Servis dilakukan dari satu sisi lapangan (kiri atau kanan) menyilang menyeberangi net ke area lawan. Partai tunggal dan ganda memiliki area servis yang berbeda seperti yang diilustrasikan pada gambar. Bila kok jatuh di luar area tersebut maka kok dinyatakan "keluar" dan poin untuk penerima servis.
Posisi kiri atau kanan tempat servis dilakukan ditentukan dari jumlah poin yang telah dikumpulkan oleh pemain yang akan melakukan servis. Posisi kanan untuk jumlah poin genap dan posisi kiri untuk jumlah poin ganjil. Servis dari posisi kanan juga dilakukan saat jumlah poin masih nol.
Pada set pertama pemain/pasangan yang melakukan servis untuk pertam kali ditentukan dengan undian, sedangkan untuk set berikutnya dilakukan oleh pemenang dari set sebelumnya.
Untuk partai ganda, beberapa peraturan berbeda diterapkan untuk perhitungan poin menggunakan sistem pindah bola dan sistem reli poin:
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Bulutangkis_servis.jpg

Sistem pindah bola
Sebelum pertandingan dimulai, harus ditentukan salah seorang pemain dari tiap-tiap pasangan sebagai "orang pertama". Pilihan ini berlaku untuk setiap set yang dimainkan.
Jumlah poin genap atau ganjil menentukan posisi "orang pertama" saat melakukan servis.
Setiap pasangan pempunyai dua kali kesempatan servis (masing-masing untuk tiap pemain) sebelum pindah bola, kecuali servis pertama pada tiap-tiap awal set tidak mendapat kesempatan kedua.
Saat pindah bola, servis pertama selalu dilakukan oleh pemain yang berada di sebelah kanan, bukan oleh "orang pertama".


Sistem reli poin
Setiap pasangan hanya mendapat satu kali kesempatan servis, tidak ada servis kedua.
Servis dilakukan oleh pemain yang posisinya sesuai dengan poin yang telah diraih oleh pasangan tersebut.
Pemain yang sama akan terus melakukan servis sampai poin berikutnya diraih oleh lawan.